Rabu, 28 April 2010

RUANG TAKZIM MERINDU

temuilah aku
dalam jejak rekam nafasku
dalam rumah jiwa
serenada dhuha yang biru

di situ aku meletakkan rindu
seloka dalam nampan berhias indah
jika ada yang ingin engkau ucapkan padaku
tuturkanlah pelan, karena ia
terbiasa dengan ketakziman

aku menangkap pesanmu
tak perlu kecemasan engkau tahu
karena ia menetapkan untuk setia
menyingkapkan ribuan makna

jika ada yang ingin engkau ucapkan
kunjungilah aku, ciumlah
jejak nafasku…

April 2010

Minggu, 25 April 2010

KESADARAN, TATKALA IA TIBA

bagai kereta kembang tujuh rupa ia datang
demikian cerah batinku melihat senyum kekanakannya
teramat lembut, tak pernah beranjak dari usianya
seperti mendapat bayi, segera kudekap erat tamu karunia ini
ia demikian jauh menempuh perjalanan,teramat letih kelihatan
tetapi senyum membuatnya menebar kehangatan

berapa lama engkau terperangkap usia tua, aku bertanya
engkau tak lelah bertempur dengan waktu
untuk merebut kembali kemudaanmu
engkau datang dari kedalaman, jiwa yang terus mendaki
karena tahu ditakdirkan untuk menyempurna
setiap kali bayangan letih dan keriput menghantui
engkau menangis tersedu, bagai bocah yang kehilangan ayah ibu
bahkan memohon kembali agar tak lagi diberi waktu

mari, kudekap erat dirimu,
tak kan kulepaskan lagi, selamanya engkau
hadiah terindah yang diberikan padaku
selamanya engkau, teman yang menemani
menempuh huru hara dan melintasi keheningan

(air yang mengaliri ribuan sungai, dan membiarkan diri
tak berbentuk…
tidakkah itu yang membuatnya kekal…?)

April 2010

Jumat, 23 April 2010

THE PURE COMPETITION

aku menyapa bintang yang molek cahaya
tak kan sangsi ia pasti mengedipkan matanya
yang manja
lelangit malam ini demikian indah
membingkai hati madu yang semakin resah

telah sekian lama kutunggu kuncup itu mekar
untuk menumbuhkan kembali tunas paling muda
di kebun hati
aku tahu engkau senantiasa merebut kesempatanku
untuk memungut kembali serpihan luka
padahal telah berulangkali kuingatkan
tak kan kupedulikan lagi kekalahan
karena kemenangan demikian nisbi nilainya
dan aroma ciut jiwa itu segera saja meruap
o, alangkah aku bisa menghirupnya
bahkan ketika kau tutup penciumanku
dengan selembar sajadah yang tiap kali
kau bentang resah

aku setiai purnama
menunggu kening menyujud dalam hening
yang ranum
bunga-bunga itu merekah, lalu berebut
kuas untuk menandai warna-warna
kukabarkan padamu, inilah kesetiaan
membiarkan ia menjuntaikan warna sedekat
gembala di hatinya
ia memilihku
karena akulah pemintal rindu sebenarnya
memetik cahaya bintang, lalu kusematkan di keningnya…


April 2010

Minggu, 18 April 2010

MENCARI BERITA DIRIKU

(sepanjang perjalanan itu
seorang perempuan menatap beku
pada lindap bias mentari

ketika tiba senja hari
ia harus bersabar menunggu dialektika
yang membebati setiap inci langkahnya
apakah ia mesti membaca semua
kata-kata, kalimat-kalimat yang
demikian rapi tertulis
sementara yang terucap setiap rakaat
hanyalah:”Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana…?”)

o, betapa rumit membuka halaman baru
bagi pemaknaan semua catatanmu
di ruang sempit kalbuku

aku rindu rabiah menangis
dalam diriku kukenang semua
catatannya, merah hitam airmatanya

duhai, ijinkan aku sejenak menyimpan ribuan teks
untuk menyingkap sedikit saja tabir
yang menutupi urat-urat di leherku
duhai, aku baru bisa membaca :
”Alam tara kaifa fa’ala rabbuka
biashkhaabilfiil…
dan biarkanlah burung-burung berbondong itu
melempari hatiku dengan batu
agar tak rumit lagi kubaca
jutaan teks pembawa berita

April 2010
SEORANG LELAKI TANPA NAMA

seorang lelaki terengah
mendaki bukit, menaklukkan
ketinggian yang semakin menjulangi
hatinya
kegersangan menjadi bahasa terik
ketika angin meluruhkan semilirnya:
beginilah hidup, mengeluhkan :
o, betapa terperangkap kota
dalam pentas warna pelangi
tatkala tiba senja hari
o, betapa lelangit menipu
hanya meminjamkan kanvas
melukis dirimu, kapanpun engkau mau

lelaki terengah itu tengadah
di atas bukit yang cadas
alam dirangkumnya dalam
satu hirupan nafas
menjalari seluruh tubuh
memompakan energi penuh

dalam diam kemudian
ditemukannya selembar tisu
dalam kotak bekal hari itu
(“oh, bekas airmata istriku…)
surat cinta curahan kalbu :
"kedisiplinan adalah kesetiaan lembut
karena tempaan keras rindu
bukan pada hati yang membatu
lihatlah salju yang seketika mencair
tatkala mentari mulai menyinar…"

tiba-tiba ia merasa
harus menikahi istrinya

April 2010

Kamis, 15 April 2010

EPISODE TUKANG SAMPAH
:suatu pagi

onggokan itu bukanlah sisa
pengetahuanmu mengajariku
sebuah cara menjalin cinta,
menuangkan rindu
mengalirkan benci

seonggok sampah itu
sebuah kisah cinta benda
ia fenomena

April 2010
SEMBAHYANG 2

aku masih saja kehilanganmu
ketika terlalu dalam memasuki rumahmu
hingga setiap kali harus mengulang
berdiri kembali di depan pintu

aku iri
para pencuri begitu nekat dan berani
memasuki rumahmu
menyelinap ke dalam kamar rahasia
gelap dan pekat
kemudian menyalakan cahaya
satu-satunya pelita
dan enggan keluar lagi..

April 2010
SEMBAHYANG 1

seperti bunga yang bersumpah
setia dengan harumnya
tak pernah ragu mementaskan bermacam warna
aku tak pergi sedikitpun
ketika berkelana terus memanggil
karena itu hakikat ragaku yang menggigil

April 2010
BERTAMU KE DAERAH RAHASIAMU

aku mendaki tangga untuk melepaskan rindu
karena ia darah,dan nafsuku itu cinta

aku mendamba ruang untuk mengalirkan
segenap rasa. kutemui daerah rahasia
muara gelap untuk istirah
dari deraan rasa lelah

pendakianku sampai ke ujung
daerah itu telah bertuan
di atap istananya tersimpul duka
seolah tak bisa kupercaya :
nama apa yang mesti kulekatkan padanya?

inikah istana cinta
airmata menjadi samudera
untuk berlayar sepuasnya

di sini ada penjaga
dari badai yang memburu
dinyalakannya pelita
ruang hening seketika…

sejenak kubasuh kakiku
kuseka muka,sambil tak henti menyebut namamu…

April 2010

Sabtu, 10 April 2010

WULAN MERINDU

bulan yang rindu cahaya
mencari kebijaksanaan untuk
menyingkap ribuan rahasia

ia bertanya pada filsuf
akan makna tanda-tanda
pada setiap fenomena

ia mencermati daun dan batu
agar tersingkap kisah cinta diam
bahasa sengau yang demikian merdu

ia menunggu pinangan
agar mengerti di pantai mana
matahari mementaskan orkestrasi suci :
seberkas sinar melimpahkan kehangatan
rahasia pengetahuan

April 2010
MENCEBURKAN DIRI

aku menceburkan diri
ke dalam lautanmu
tetapi diriku tak juga tenggelam
coba lihatlah, katamu
barangkali aku belum telanjang

o, maafkan aku
seringkali lupa bahwa aturan berbaju
tak berlaku di lautanmu

April 2010
DEMI MATAHARI DAN CAHAYANYA DI PAGI HARI…

jika engkau lupa pada rindu
menolehlah pada burung
yang tasbihnya menembus angkasa
dan pepohonan bershaf-shaf
melebarkan daun menampung rahmat

maka jika engkau membasuh muka
buatlah shaf pertama
bersama dedaunan yang menghijau
bersama bunga-bunga paling mekar
berjajar burung-burung yang berkicau

angin semilir berhembus
dalam satu getaran
dan engkau,tak lagi mencumbu
resonansi semu

April 2010

Kamis, 08 April 2010

EKSOTISME SRIKANDI-BHISMA
:hari kesepuluh di padang kurusetra

kuhikmati kesekian kali
akulah srikandi yang memutuskan menyudahi pertikaian
agar tubuh-tubuh yang kian lelah istirah
tatkala jiwa seteguh baja itu bertanding dengan megah

begitu nikmatkah terasa
ketika panahku menembus jiwa
begitu megahkah rasanya
kepala bertopang panah arjuna

engkau tertidur
dalam senyum agung menawan
bagai perawan pertama kali
merasakan manis madu kecupan
membuat terlelap, setelah usai
pacu jantung bergegap

setelah letih seharian
alangkah megah engkau
membunuh diri dalam satu kerjapan
dan hati membunga
merekahkan kelopaknya
cumbuan anggun tiada tara

(di sudut sepi padang itu
aku menyesali ragaku,karena
dewa tak berkenan memberiku arena
pertempuran sejati:
ranjang perjumbuhan jiwa
duhai, beribu tahun kudamba


maka biarkan kutunggu lagi
barangkali seorang ksatria inkarnasi bhisma
akan melesatkan panah tepat di jiwa
membunuh dahan paling kasar
dari reranting ruhku, kelembutanku…)

April 2010

Sabtu, 03 April 2010

TUKANG BUNGA

dalam diam
engkau membimbing bunga mengenal mekar
karena percaya muthmainah
tidak hanya sebatas kata

engkau mendengar tasbihnya
dalam merah, putih, kuning,
dan ungu
ketika mengucurkan air dan pupuk
mengantarkan ruh menuju lelangit birunya

percayalah, aku iri
engkau bersedekah setiap hari
dan segayung air yang engkau kucurkan
menyiram jiwamu sendiri

Juli 2003
PENCURI DI TENGAH PASAR

aku terbiasa hanya dengan
remah roti dan segelas air

ingin kumiliki semua
tetapi alangkah ku tak tega
karena itu makanan raja-raja
barangkali akan dibagikan
untuk si fakir tetanggaku
atau si miskin saudaraku
atau untuk si yatim
yang tergeletak di pinggir toko
yang ibunya menuai sepi
hampir setiap hari

Juli 2003
SAJAK SELEMBAR DAUN

selembar daun itu jatuh ke tanah
ingin menjadi sampah
tinggal menunggu panas dan hujan
bersenyawa dengan masa
ia temukan cinta

tanah menyambutnya
jalinan cinta menumbuhkan
pepohonan dan bunga
sejumlah rahasia dibisikkan para tetangga
si fakir boleh mengharap buah-buahan
pelepas dahaga

selembar daun gugur ke tanah
adalah kisah cinta agung
yang tercatat abadi
bagai al kautsar mengalirkan jiwa
jiwa rindu berdebar menuju muara

kisah selembar daun
membantu kakek membasuh muka
dalam gemetar kerentaannya
dengan bibir bergetar
ia ucapkan rindunya…

Juni 2003
PELAJARAN BATU

aku membongkar peti rahasia
kutemukan bahwa petir itu sunyi
hujan lalu mengabadi

(ketika batu mengirimkan isyarat diam
engkau memaknainya penuh keangkuhan
ia melemparimu dengan beruntun asmara
engkau mabuk hitamnya
engkau mabuk keras
engkau mabuk cadas
dan batu terakhir, safir
engkau lupa akan cinta pertama)

aku membongkar kotak rahasia
petir itu sunyi
hujan lebih mengerti

Mei 2003
MUNAJAT PAGI HARI

“selamat pagi”
kusedekahkan senyum yang
dianugerahkan tuhan kepadaku semalam

(angin pagi membisikkan
sebuah rahasia tentang pemabuk
dini hari yang tersungkur di rumah tuhan
dan sepasang tangan malaikat
membantunya mencari kiblat)

Juni 2003
KETIKA SAKIT TAK MENGADUH

ketika berjalan kaki tersandung
ketika berlari tubuh limbung
dilempari batu
diitusuki duri
sakit dari segala penjuru

ketika sampai tujuan
pintu tak terbuka
luka telanjur menganga

lalu engkau menangis
meski setitik, air mata itu akan
menjadi hujan
yang mengantarmu ke negeri awan
menangislah dengan tersenyum
karena sebentar lagi
pintu akan terbuka
mengalirkan airmata ke dalamnya
dan engkau tinggal berlayar
karena dukamu menjadi sampan
darah dan airmata menjadi samudera

di ujung sana
sebentar lagi pintu terbuka,wahai…
jiwa yang tenang…

Mei 2003
KETIKA SAKIT TAK HARUS MATI

mengapa takut
jika hidup lekat dengan maut
sakit, tidak ada pertalian dengan mati
jika lebih jauh kau telusuri

tatkala siti djenar menyerahkan
raga untuk dipancung
dan para wali mengembalikan onta
yang hilang ke tengah keramaian
bukan sakit membawanya kepada maut
cinta yang membuatnya bertaut
para wali mengantarkannya :”assalamualaikum…
siti djenar suka rela :waalaikum salam…
orang-orang pergi mengendarai onta
siti djenar pergi dengan kereta cinta

jika masih saja takut
kau tak bisa sampai menyusul mereka
sakitmu hanya luka
darahmu kendaraannya

Mei 2003
JATUH CINTA

aku suka melihat laki-laki tersenyum
karena kekakuan dan dinginnya hati
membuatku menggigil dan beku
seperti muhammad, senyum matanya
menembus jiwa para wanita

ketika umar menegur :”kalian takut
kepadaku, tetapi tidak takut dan hormat
kepadanya…”
hanya wanita yang tahu
umar keras dan aku

aku perempuan
si tampan pun akan terlihat
buruk di hadapan yusuf
kelembutan pun akan terasa keras
karena lembutnya kapas

aku jatuh cinta pada cahaya
dan terus menunggu purnama
aku jatuh cinta pada cermin
dan setiap saat ingin berkaca
aku mencari jejak kakinya
seperti salman al farisi memadamkan api
seperti bahira menutup al-kitab
dan tak sabar menunggunya
seperti zayd berharap dan berucap salam
seperti addullah sang guru
bergegas menumpahkan rindu

seolah tanah ini mekah dan madinah
aku jatuh cinta, dan penduduk kota
mendapatiku buta

diamlah,
hanya ini satu-satunya harta
yang akan kuwariskan pada anak perempuanku
dan kuamanahkan pada anak lelakiku
untuk selalu dijaga dan disebarkan
benih-benihnya

duhai,
tanah ini kiranya madinah
lihatlah kibaran jubahnya
membuat takjub para wanita
dan bocah-bocah madinah
bagai kejatuhan purnama
yang muncul dari bukit wada :
“salallahu alaihi wassalam..

Mei 2003
MEMBACA YUNUS

dalam istighfar aku membaca
karena kata-kata kadang bagai
samudera yang gelombangnya tak terduga
menyeretku tenggelam
sampai tak bisa kubedakan
mana daratan mana lautan

jika tenggelam
aku ingin seperti yunus
dalam perut ikan diselamatkan tuhan
dan amarahnya pun ditenggelamkan

maka ajarilah aku berenang
seperti sebuah permainan
tanpa batas bersama denyut darah
bersentuhan dengan nama-nama
berhubungan dengan benda-benda
hingga aku memahami
pengetahuan menjalin hubungan

aku ingin mengenal qathi dan zanni
temanilah bacaanku
hingga jika tenggelam
seperti yunus aku diselamatkan
dan amarahku ditenggelamkan

Juli 2003
AKU RINDU

menuai kisah burung
adalah hal paling indah
di pagi hari

aku berharap pada sepi
mengantarkan kicaunya yang terbaik
untuk mengobati sakit hatiku
seperti hud-hud mengabarkan
berita dari Saba
maka itu yang kubaca
dan pengharapanku bagai
pengharapan seorang Musa
di puncak tursina

aku rindu teramat berat
dan tanganku menggapai-gapai sayap burung
sampai puncak keletihan
agar aku bisa terbang

maka di setiap pagi
aku menuai kisahnya
dan berharap sepi
tak bosan mengantarkan kicaunya

Juni 2003

Minggu, 28 Maret 2010

KEMBARA ILALANG

kuijinkan ilalang singgah sejenak ke rumah kecilku
malam hampir tiba, sebentar lagi ia kehabisan waktu
dikejar jarum-jarum rintik hujan tiada habisnya
lelah mendera, ia mengeluhkan rentan tubuhnya yang
beranjak tua

hujan yang basah, mengabadikan dingin yang beku
bersama desir angin. sekejap dikibaskannya seikat rambut
yang mulai merapuh. serpihan putih jamur bertebaran
mengotori lantai tanah rumah yang basah :
“duh, aku tiada tahu
sampai kapan tuhan memberiku waktu
menyisir mimpi, seperti mengulang ribuan jarum
jam menusuki tubuhku”.

Maret 2010
GARIS TANGAN

akankah engkau meramalku, meissy
kau ambil tanganku, sungguh aku tak
akan lari darimu

sepanjang itulah perjalananku
meniti mimpi sampai ke ujung
karena engkau berpesan untuk menetapi
kesetiaan seperti engkau menitiskan
setyawati dalam darahmu

engkau telah menghirupi tubuhku
menjadi energi yang tatkala saat bercinta tiba
dan engkau menghadiahiku yin yang sempurna
di penghujung usia kita

bacalah tanda-tanda itu sepuas hati, meissy
karena tuhan membisikiku : “engkaulah ayat
yang berkisah tentang jejak kasih sayang
untuk tiada habis dikenang”.

engkaulah kekasihku, meissy
jika terus kau baca diriku

Maret 2010
OTSU, SUATU SORE DI PENGHUJUNG MUSIM SEMI*

sebentar lagi saat berangkat
jadi tetapkanlah hati
karena tak ada gunanya lagi berharap :
matahachi, sang matahati
telah menyia-nyiakan sutra yang bersulam ribuan
cerita tentang kesetiaan…

ikutlah takuan memecah hening malam
mencoba mencari perusuh yang menggores luka
(barangkali ia sembunyi dalam dukamu sendiri)
engkau bisa menghukumnya, otsu
bukan takezo, tetapi harapan yang membubung tinggi
hukumlah mati.., dan biarkan pesta bunga di kuilmu abadi


Maret 2010
*Otsu, salah seorang tokoh dalam kisah Musashi
THE BEAST AND THE BEAUTIFUL

tunggu sejenak,
aku serasa ingin bersalin
tolong pancangkan selembar kain di bebatu
ku tak ingin membuat rerumput merunduk malu

longgarkan kembenku ini
dan pasangkan kain untuk upacara suci

cukupi penglihatanmu
kemarilah lebih dekat lagi
-kamajaya apa kamaratih lahirku kali ini?

duhai, kembar dampit berbeda rupa
alangkah melegakannya

-hei,ini kelahiranku
beri nama diriku

Maret 2010
MUNAJAT PELANGI

sibghahNya melintas angkasa
menebar pendaran warna alangkah indahnya
lalu berhenti di sudut tersembunyi
menenun selendang melesatkan senja
dalam keheningan…

(…seorang bocah menyandarkan sepedanya
duduk bersila menangkup tangan depan dada
dalam senyum di matanya
pokok bungur di tepian jalan
menebarkan bunga-bunga)

Maret 2010
MIMPI MENJELANG PAGI 2

dicumbu kemilau dinihari
hati terbias luka itu membasuh perih
pada dinginnya waktu
anak pedang bermata cahaya
dahan berbunga api sebening sunyi

(“kurasa aku telah bicara baik-baik padamu
ketika beranjak memasuki tidur malamku
memintamu memilihkanku mimpi
terindah yang layak kumiliki”)

dicumbu kemilau dinihari
hati terbias luka itu membasuh perih
karena kekasih tak lagi mendekapi
dalam tidur indahnya
mimpi-mimpi lelakinya memadat jiwa
melekat erat, letih berkarat

(sunyi itu berbicara
nasihat sang nagarjuna :
-nikahilah kebenaran…)

hati terbias luka itu membasuh perih
sejadi-jadinya

Maret 2010
RAPUNZEL MENGGELUNG RAMBUTNYA

terlihat dari dalam menara
jantung hati berebutan melesat
menuju lelangit bercahaya

setangkai bunga pudar warnanya
terkejut oleh letupan gembira tiba-tiba
pesta semarak musim telah dimulai
mengirim sepi ke sudut jauh
tersembunyi

sudut jauh tersembunyi?
oho..,lihatlah!
ia terpelanting ke sebuah sudut
dalam menaramu sendiri

lekaslah berhias
karena seribu kumbang tuntas menanti
dan turunlah dengan sayap cakrawala
mengembang penuh tarikan pesona

jentikkan jari,
seketika kau tahu
menara itu menjelma hujan
dengan ribuan garis gerimis
mengurung pangeran pujaan hati
setiap saat bisa kau temui

Maret 2010
MEMORI SANG PENGANTIN

Memandang engkau dalam hujan
dari kebeningan hati terdalam
keriuhan hari ingin menyapa
memberikan kepadamu ingatan
akan keindahan hari ketika pengantin
bertabur bunga menuju pelaminan

Saat itu engkau membisikiku
jika suatu hari masih mungkin mengulangi
aku ingin upacara ini ribuan kali lagi
ehm.., alangkah indah kemanisan yang
kita cecap dalam semalam
dan aku pun tak ragu bertasbih rindu
sepanjang sungai nafasku
sedalam laut gelombang hasratku
hingga engkau tergulung karena
pusaran energi cintaku tak kenal waktu

Kekasih, tengoklah perawan kalbumu
kini bersembunyi karena tahu diri
tak ada tempat bagi cinta yang asing
di duniamu yang berpagar daun dan bunga
etika ilmu madzab cintamu

Bagiku, cinta
mengundurkan diri adalah wisuda
aku lulus dengan penilaian teramat dalam
dan sang mahabintang akan bertahta
karena aku telah mengenalnya
(ijinkan aku, memulai upacara
sunyi ini, sesaat lagi.
pengantinku telah demikian lama
menanti...)
MASTURBASI LIRIH MUSIM SEMI

Seorang perempuan menyusuri labirin
lengang musim semi
pengap hujan tertimpa seberkas sinar mentari
senja menggelayut manja bagai sesosok siluet
sang gadis merajuk pangerannya.

bunga- bunga merendah hati
menguak pintu pertama musim dengan sopan
merak ati
serumpun daun demikian anggun, memohon
ijin merenda hijau dalam desir lembut
belaian angin

(“eksotisme musim kering telah berlalu
kini ijinkan kami membuai hari dengan senyum
paling indah bidadari musim semi)”.

Seorang perempuan tersenyum lirih
karena lirih memanja batinnya
yang masih menyisakan perih
tetapi sekian lama duka,
tidak lagi menjadi berhala

karena dengan menghirup nafas saja, dengan
menjentik daun saja, dengan melangkah anggun
di bawah matahari senja, ia melakonkan cinta
ia menasbihkan kesetiaan, menghirup harum nafas
lelakinya

setiap detik ia bercinta, dan sampai ke puncaknya

Maret 2010
DAN MIMPI CINDERELLA

pesta semarak bunga telah usai
setumpuk lelah menjadi kembang cerita
sambil menunggu kereta kencana terakhir tiba

seorang putri membenahi gaun putihnya
yang tersangkut duri-duri nakal mawar liar
dengan langkah anggun menjuntaikan pesona
ia memilih sudut gelap ruang pesta, sambil
tak henti menggeriapkan hati :
“aku menunggu siapa?”

kepedihan menghimpit seluruh rasa
sepi dan terasing mengalirkan airmata
alangkah pengap hipokrisi
jika diperankan setengah hati

tiba-tiba seorang pangeran, datang dari
negeri awan
mengulurkan tangan tanda setia
seketika semua berubah warna :
jenjang kaki putri tanpa sepatu kaca
gaun cantik luruh, berganti tambal
sulam sekedarnya

sang pangeran mendesakkan seuntai kata
seketika melesat kereta kencana membawa
setumpuk kembang aneka warna
bersama kuda putih menuju pusat cahaya

(hari hampir senja, ketika
kusadari terduduk pilu
sajadah separuh terbuka, terhampar di muka
dan putri kecilku tiba-tiba bertanya : “Bunda,
bisakah kelak aku menjadi Cinderella di surga?”)

Duh, cinta
barangkali ia tak ada lagi di sana
karena Bunda sudah ambil sepatu kacanya
tersimpan rapi di museum negeri mimpi
yang akan susah sekali kau temukan jalan
menujunya

sekarang dengarkanlah angin menderu
dan bacalah haluan hujan yang sesekali membadai
di hatimu.ciumlah jarum-jarum gerimis dan
mata rantai sejuta bintang yang berdentangan
membisikkan sebuah bahasa asing jika hanya
sejenak kau kira

kian hari engkau akan tahu, menjadi putri
adalah melabuhkan rindu di negeri asing
melayarkan perahumu dalam satu pelayaran
bersama tingkah polah musim sepanjang tahun
debur ombak dan pelukan halilintar
mengalir dalam darah, nafasmu cinta mendarah
mendaging...

dan hai...
sebentar lagi engkau sampai
istana seribu keajaiban : sang pangeran
menunggu putri pujaan

Maret 2010



.
EKOLOGI YANG TERGADAI
tribute to : hendro sangkoyo

“Papi, aku ingin bicara dengan musim
dan berbagi rahasia hari ketika
beku bersalju ketika ceria bermandi cahaya”.

musim dingin belum berlalu,baby
dalam elegi hujan seorang ilmuwan
ruang penuh dengan sketsa matahari,
pelangi menarikan selendang senja hari
mikroskop membaca cermat sepotong mendung
yang kau comot pagi hari
dan setangkai panas yang tercecer
dari saku tua sang mentari,
lalu aroma cemara di musim hujan,
senyum cendawan amat menawan,
serpihan terik yang meringis, menahan pedih
tusukan gerimis

dari balik tirai seorang gadis
manis dengan kepang dua rambut jagungnya
mendesiskan kegirangan kecil
sekali sibak, ia terbeliak
rahasia lengkap, telah demikian cepat
tersingkap

“papi, diam-diamlah kini
dengar roda menderu
dari jalanan di pinggir pondok mendebu
sebentar lagi,rahasia ini bukan rahasia lagi
rentak musimku akan terbeli
duh, aku tidak bisa bicara lagi”.

Februari 2010
MUNAJAT MUSIM KERING

Jika hari ini tidak ada bunga yang mati
akan kucecap lagi doa hari kemarin
agar engkau mengalir dalam nafasku
lalu kusiram musim yang kepanasan
berkepanjangan mendamba hujan

rabbi,
aku ini petani abadi
yang terpikat oleh sejuta warna
karenanya kutanam bunga dalam kebun
kebun terindah dunia

jika hari ini engkau sedekahi
kebunku dengan tiupan lembut ruhmu
lihatlah keindahan tak terduga
akan sentakkan muram dengan
lecutan jelita
lalu semarak musim berpesta pora
membagi hujan dan matahari
bungaku lantunkan warna menyihir hari
dengan senyum dan kerlingan matamu
dan menutupkan kelopak dengan
kesantunan yang mempesona,
bagai seorang dewi menyudahi
perjumbuhan anggunnya

Februasi 2010
INKARNASI AMBA

Tubuh tak jua mengucap nyanyian jiwa
terpelanting sumpah selibat bhisma
dan harga diri salwa yang terluka

inkarnasi masih teramat jauh dan lama
lantas engkau ceburkan dendam ke dalam api
menjelma perempuan berkelamin lelaki

ketika bhisma terpanah, sejatinya
bukan engkau, wahai woro, pelakunya
kubisiki engkau sebuah rahasia
yang tertitiskan dalam tubuhku :
sst, kecurangan para dewa
kubunuh bhisma dengan kedipan mata
tepat di jantung hatinya

Februari 2010
KONSER HUJAN DALAM
BINGKAI JENDELA SEBUAH RUANG

Gerimis menderaskan hujan
meliuk-liuk dalam pusaran beliung angin
dedaunan di sekujur dahan terpelanting
badai bagai konser suka ria menyendawakan
mimpi-mimpi malam buta

dalam kilatan kilat dan eksotisme petir sekejap
tubuh menggigil menahan hembusan angin
menjelmakan badai yang tiba-tiba terjun menyekap
kesendirian mengaliri kebungkaman

bagai penari tanjidor mengagetkan
mengisi ruang kekosongan benak kita
menyeret dalam putaran ritual angin
memabukkan
o, bagai darwis kita selesaikan putaran terakhir
sebuah tarian

lantas gerimis menurunkan tirai, usai
aku yang lunglai ingin mengabadikan
tarian kuyup
dalam bingkai jendela sebuah ruang
tiba-tiba saja konser itu telah menjelma
tanpa satu pun jendela membingkainya
dan aku, tak ada di dalamnya

Februari 2010
THE NAME OF ALIENATION
tribute to : hendro sangkoyo

Kuketahui namamu adalah kesetiaan
yang akan menjeritkan badai
sehabis ribuan hujan
yang melenakan

bagai pejalan kaki sunyi engkau
menapaki hari-hari yang diam dan termangu
menunggu waktu ketika jejak-jejak kakimu
menyanyikan elegi danau dan sungai
yang terlupakan, mementaskan
orkestrasi badai yang sekian lama
tersekap ruang pengap ribuan lanskap
yang tertandakan

lalu biarkan jam berdentang akan sejenak diam
menyesali detik dan menit terlewati
tanpa bahasa angin yang memberitahu
kapan hujan terakhir tiba
tanpa bahasa laut yang membisikkan
kapan mesti menebar jala

kuketahui namamu adalah kesetiaan
mendengarkan dan mengajari
petuah purba gunung berapi
menekuri dalam diam, ketika
sambil menangis bumi meragakan sebuah tarian

sebelum hari-hari menua dalam
petikan harpa bidadari terlena
sebelum terlambat bertanya
untuk apa sesungguhnya airmata

Februari 2010
HOME OF MASOCHIST

dan engkau menggandeng tanganku
memasuki rumahmu
mengenali ruang demi ruang
yang akan menjadi milikku
setelah engkau pengantinku

dengan cinta aku mengelap kakimu yang manja
pagi setelah malam pengantin pertama
dan pagi berikutnya aku mencecap lukamu sepenuh jiwa
karena darah kita mesti mengalir di nadi yang sama

dengan teliti aku menjahit baju sendiri
meskipun seringkali engkau tak suka tubuhku kututupi
aku telanjang, dan mengarang cerita pada tetangga
tentang musim panas yang tak ada habisnya
karena ku khawatir mereka tak mengerti
pada kesabaran seorang istri
menjelmakan keperawanan, hampir setiap hari

ketika malam memberiku sedikit ruang
aku masih saja bertanya
sudah pastikah ini rumah kita?

ku ingin dengar malaikat itu menyapa
sebuah serenada sepenuh jiwa
-“salaamun alaykum bimaa sabartum..

Februari 2010
IDENTITAS AMARAH

Sesi meditasi yang terhenti,
ijinkan daku memberi ruang
bagi sejumlah kata yang tiba tiba
ingin meletupkan fatwa

adakah ia keturunan iblis
yang bernama pembangkangan
ketika sujud kepada adam diperintahkan
ataukah ia cipratan tersembunyi ruhmu
ketika engkau celupkan daku ke dalam
tubuh ragawi

duh, engkau sembunyi
dalam senyummu engkau nyalakan api
diam diam mencatatkan gugur selembar daun untuk
sebuah arti

dalam diriku kemudian ia menjelma hamba
bertanya kan nama, alamat, dan jabatannya
ketika menggugatku untuk menjawab
kerongkonganku tiba-tiba tercekat :
- kereta kudeta, barangkali sebentar lagi tiba

Januari, 2010
DAN ANGIN PUN BERTANYA

Selagi masih ada waktu
angin malam menyandarkan letihnya
di dinding rumah kayu

di sini rehat sejenak dalam sepi
seharian meninabobokan hari
tanpa riak, tanpa gelombang
hanya elusan dan belaian
penuh kasih, menumpang dan menindih
diantara rasa perih

selagi masih ada waktu
angin malam pun bertanya kepadamu
bilakah hari terakhir itu tiba
ketika ia menyandang nama
badai atau prahara
demi mengingatkan pada sepi
ketika persaksian langit bumi bermula

ketika angin menyandarkan letihnya
jam berdetak di dinding kayu tercekat
tiba-tiba

Januari 2010
CINTA SERPIHAN BUNGA

Setangkai mawar di tepian senja
luruh dari ranting kecilnya

meskipun keniscayaan hukum alam
memperlakukanmu demikian
duhai, mawar jiwa sejatinya
dengan perasaan terdalam menusukkan duri
ke dalam tubuhmu sendiri
karena kebinasaan adalah kecupan
maut menjadi api
yang melembut dalam cahaya
cinta seorang perupa

yang terserak dari serpihanmu
adalah pesona kelopak kering
menghanyutkan keterasingan pada kenangan
teramat jauh...
dalam satu kedipan
kerlingan cinta gadis manja

setangkai mawar luruh di tepian senja
mengabarkan pada euforia cinta
kesahajaan dan kesetiaannya

Januari 2010
YANG DITINGGALKAN

senja hari yang basah
disergap bau seribu kantil
seorang pejalan sunyi menapaki
kebun kebun rahasia yang
ditinggalkan tanpa nama
seusai pejalan kaki terakhir
mengantar pengantin ke pelaminan surga

ia tinggalkan jejak jejak lirih
penuh rahasia pada sang kekasih
pada tanah basah, pada tanah merah
membisikkan tanda
sejauh mana pejalan sunyi
mesti melintasi sebanyak kata seribu hari

sebuah suara tiba tiba menerka
berapa jauh lagi tanda terakhir akan terbaca
duh, kematian
bukanlah sebuah teka-teki yang sia-sia
bagi pejalan sejati
menyingkap pusaran rahasia
yang ditinggalkan dari perjanjian purba

Januari 2010
MAKE LOVE

Detik ini aku berpusat
bersatu tubuh dan jiwa
dalam thawaf semesta

aku membiasimu perlahan
dengan cahaya dahagakan asmara
engkau membiasiku perlahan
dengan cahaya kesantunan yang
mempesona, memikat, mengendapkan
dahagaku menduduki singgasana hasratku

hingga aku cahaya
yang berjalan dengan takzim
tanpa selendang penutup badan
karena pakaian adalah perangkat dzalim
yang menyia-nyiakan cintaku
dan melemparkanku ke dalam
keranjang sampah :
perempuan tanpa orgasme

detik ini aku berpusat
karena telah kubenamkan rinduku
yang sarat
pada perjanjian purba
kutemukan sanggama indah sejiwa

Januari 2010
MY DEEP LONGING

Di kelam hari ini
di antara hari hari bermacam warna
kubuka pintu rahasia tahtaku
untuk engkau singgahi selama ribuan hari kau mau
karena aku menangisi kekosongan
dan meneriaki kebisuan yang
membingkai hari hari perjumbuhanku

barangkali engkau hadir dengan cumbuan kamajaya
membawa lentera yang kupastikan
tak berganti antara hidup mati, hidup mati
sebab cahayamu abadi

sebab cahayamu
cintaku abadi
setia mencari muara
bagi pertemuan lirih rindu kita

di kelam hari ini
yang berdebar debar menggeliatkan hasrat
beban rindu teramat sarat
menangis dekat muara itu :
aku, kamaratihmu

januari,2010
MY LOVE

Jika cinta itu sepasti merah mawar
dan setulus putih melati
akulah air terjun dini hari yang menjuntaikan
keanggunan menderaskan kebahagiaan
mendinginkan keceriaan flamboyan hingga
gugurkan bunga bunganya mengucapkan
kesenduan yang indah

Jika cinta seabadi sesetia pohon
trembesi di muka rumah kita
di puncak hari gersang akulah kerimbunan
menaungi tubuh tubuh penat bertudung
kegamangan berangkat senja
meniupi mimpi mimpi getir menjadi
harapan sesegar bebungaan mekar musim semi
hingga rambut memutih tak ada lagi sepi
bagi gairah yang menyala dalam diam
hingga berangkat tua dalam
kenikmatan bercinta

Jadi ingatlah, jika
cintaku sepasti mawar setulus melati
sesetia trembesi....
akulah energi yang menyerapmu dalam pusaran
sanggama dua jiwa
menuju orbit mencari pusat tajalli
di mana pada awalnya kita bermula

januari 2010
MY NAME

kurebut dari dentingan beku hari hari
sebuah nama terpahat tanpa makna

dalam saku bajuku kemudian
ia kusimpan dan membuat
hari hariku demikian sibuk
mengartikan simbol rumit
mencoba mencari tempat di antara ribuan
tanda yang demikian sesak memadati
ruang ruang pemaknaan

engkau kenapa sebuah suara bertanya
menyadarkan waktu yang diam dalam
hiruk pikuk ribuan syaraf dan sel sel membelah
dalam tubuhku

ya! jam terus berdetak sementara aku masih saja
mencari tanda untuk memaknai sebuah nama
yang beku. dalam diam waktuku, kueja
terbata-bata : namaku!

Januari 2010