Minggu, 28 Maret 2010

DAN MIMPI CINDERELLA

pesta semarak bunga telah usai
setumpuk lelah menjadi kembang cerita
sambil menunggu kereta kencana terakhir tiba

seorang putri membenahi gaun putihnya
yang tersangkut duri-duri nakal mawar liar
dengan langkah anggun menjuntaikan pesona
ia memilih sudut gelap ruang pesta, sambil
tak henti menggeriapkan hati :
“aku menunggu siapa?”

kepedihan menghimpit seluruh rasa
sepi dan terasing mengalirkan airmata
alangkah pengap hipokrisi
jika diperankan setengah hati

tiba-tiba seorang pangeran, datang dari
negeri awan
mengulurkan tangan tanda setia
seketika semua berubah warna :
jenjang kaki putri tanpa sepatu kaca
gaun cantik luruh, berganti tambal
sulam sekedarnya

sang pangeran mendesakkan seuntai kata
seketika melesat kereta kencana membawa
setumpuk kembang aneka warna
bersama kuda putih menuju pusat cahaya

(hari hampir senja, ketika
kusadari terduduk pilu
sajadah separuh terbuka, terhampar di muka
dan putri kecilku tiba-tiba bertanya : “Bunda,
bisakah kelak aku menjadi Cinderella di surga?”)

Duh, cinta
barangkali ia tak ada lagi di sana
karena Bunda sudah ambil sepatu kacanya
tersimpan rapi di museum negeri mimpi
yang akan susah sekali kau temukan jalan
menujunya

sekarang dengarkanlah angin menderu
dan bacalah haluan hujan yang sesekali membadai
di hatimu.ciumlah jarum-jarum gerimis dan
mata rantai sejuta bintang yang berdentangan
membisikkan sebuah bahasa asing jika hanya
sejenak kau kira

kian hari engkau akan tahu, menjadi putri
adalah melabuhkan rindu di negeri asing
melayarkan perahumu dalam satu pelayaran
bersama tingkah polah musim sepanjang tahun
debur ombak dan pelukan halilintar
mengalir dalam darah, nafasmu cinta mendarah
mendaging...

dan hai...
sebentar lagi engkau sampai
istana seribu keajaiban : sang pangeran
menunggu putri pujaan

Maret 2010



.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar