KEMBARA ILALANG
kuijinkan ilalang singgah sejenak ke rumah kecilku
malam hampir tiba, sebentar lagi ia kehabisan waktu
dikejar jarum-jarum rintik hujan tiada habisnya
lelah mendera, ia mengeluhkan rentan tubuhnya yang
beranjak tua
hujan yang basah, mengabadikan dingin yang beku
bersama desir angin. sekejap dikibaskannya seikat rambut
yang mulai merapuh. serpihan putih jamur bertebaran
mengotori lantai tanah rumah yang basah :
“duh, aku tiada tahu
sampai kapan tuhan memberiku waktu
menyisir mimpi, seperti mengulang ribuan jarum
jam menusuki tubuhku”.
Maret 2010
Minggu, 28 Maret 2010
GARIS TANGAN
akankah engkau meramalku, meissy
kau ambil tanganku, sungguh aku tak
akan lari darimu
sepanjang itulah perjalananku
meniti mimpi sampai ke ujung
karena engkau berpesan untuk menetapi
kesetiaan seperti engkau menitiskan
setyawati dalam darahmu
engkau telah menghirupi tubuhku
menjadi energi yang tatkala saat bercinta tiba
dan engkau menghadiahiku yin yang sempurna
di penghujung usia kita
bacalah tanda-tanda itu sepuas hati, meissy
karena tuhan membisikiku : “engkaulah ayat
yang berkisah tentang jejak kasih sayang
untuk tiada habis dikenang”.
engkaulah kekasihku, meissy
jika terus kau baca diriku
Maret 2010
akankah engkau meramalku, meissy
kau ambil tanganku, sungguh aku tak
akan lari darimu
sepanjang itulah perjalananku
meniti mimpi sampai ke ujung
karena engkau berpesan untuk menetapi
kesetiaan seperti engkau menitiskan
setyawati dalam darahmu
engkau telah menghirupi tubuhku
menjadi energi yang tatkala saat bercinta tiba
dan engkau menghadiahiku yin yang sempurna
di penghujung usia kita
bacalah tanda-tanda itu sepuas hati, meissy
karena tuhan membisikiku : “engkaulah ayat
yang berkisah tentang jejak kasih sayang
untuk tiada habis dikenang”.
engkaulah kekasihku, meissy
jika terus kau baca diriku
Maret 2010
OTSU, SUATU SORE DI PENGHUJUNG MUSIM SEMI*
sebentar lagi saat berangkat
jadi tetapkanlah hati
karena tak ada gunanya lagi berharap :
matahachi, sang matahati
telah menyia-nyiakan sutra yang bersulam ribuan
cerita tentang kesetiaan…
ikutlah takuan memecah hening malam
mencoba mencari perusuh yang menggores luka
(barangkali ia sembunyi dalam dukamu sendiri)
engkau bisa menghukumnya, otsu
bukan takezo, tetapi harapan yang membubung tinggi
hukumlah mati.., dan biarkan pesta bunga di kuilmu abadi
Maret 2010
*Otsu, salah seorang tokoh dalam kisah Musashi
sebentar lagi saat berangkat
jadi tetapkanlah hati
karena tak ada gunanya lagi berharap :
matahachi, sang matahati
telah menyia-nyiakan sutra yang bersulam ribuan
cerita tentang kesetiaan…
ikutlah takuan memecah hening malam
mencoba mencari perusuh yang menggores luka
(barangkali ia sembunyi dalam dukamu sendiri)
engkau bisa menghukumnya, otsu
bukan takezo, tetapi harapan yang membubung tinggi
hukumlah mati.., dan biarkan pesta bunga di kuilmu abadi
Maret 2010
*Otsu, salah seorang tokoh dalam kisah Musashi
THE BEAST AND THE BEAUTIFUL
tunggu sejenak,
aku serasa ingin bersalin
tolong pancangkan selembar kain di bebatu
ku tak ingin membuat rerumput merunduk malu
longgarkan kembenku ini
dan pasangkan kain untuk upacara suci
cukupi penglihatanmu
kemarilah lebih dekat lagi
-kamajaya apa kamaratih lahirku kali ini?
duhai, kembar dampit berbeda rupa
alangkah melegakannya
-hei,ini kelahiranku
beri nama diriku
Maret 2010
tunggu sejenak,
aku serasa ingin bersalin
tolong pancangkan selembar kain di bebatu
ku tak ingin membuat rerumput merunduk malu
longgarkan kembenku ini
dan pasangkan kain untuk upacara suci
cukupi penglihatanmu
kemarilah lebih dekat lagi
-kamajaya apa kamaratih lahirku kali ini?
duhai, kembar dampit berbeda rupa
alangkah melegakannya
-hei,ini kelahiranku
beri nama diriku
Maret 2010
MUNAJAT PELANGI
sibghahNya melintas angkasa
menebar pendaran warna alangkah indahnya
lalu berhenti di sudut tersembunyi
menenun selendang melesatkan senja
dalam keheningan…
(…seorang bocah menyandarkan sepedanya
duduk bersila menangkup tangan depan dada
dalam senyum di matanya
pokok bungur di tepian jalan
menebarkan bunga-bunga)
Maret 2010
sibghahNya melintas angkasa
menebar pendaran warna alangkah indahnya
lalu berhenti di sudut tersembunyi
menenun selendang melesatkan senja
dalam keheningan…
(…seorang bocah menyandarkan sepedanya
duduk bersila menangkup tangan depan dada
dalam senyum di matanya
pokok bungur di tepian jalan
menebarkan bunga-bunga)
Maret 2010
MIMPI MENJELANG PAGI 2
dicumbu kemilau dinihari
hati terbias luka itu membasuh perih
pada dinginnya waktu
anak pedang bermata cahaya
dahan berbunga api sebening sunyi
(“kurasa aku telah bicara baik-baik padamu
ketika beranjak memasuki tidur malamku
memintamu memilihkanku mimpi
terindah yang layak kumiliki”)
dicumbu kemilau dinihari
hati terbias luka itu membasuh perih
karena kekasih tak lagi mendekapi
dalam tidur indahnya
mimpi-mimpi lelakinya memadat jiwa
melekat erat, letih berkarat
(sunyi itu berbicara
nasihat sang nagarjuna :
-nikahilah kebenaran…)
hati terbias luka itu membasuh perih
sejadi-jadinya
Maret 2010
dicumbu kemilau dinihari
hati terbias luka itu membasuh perih
pada dinginnya waktu
anak pedang bermata cahaya
dahan berbunga api sebening sunyi
(“kurasa aku telah bicara baik-baik padamu
ketika beranjak memasuki tidur malamku
memintamu memilihkanku mimpi
terindah yang layak kumiliki”)
dicumbu kemilau dinihari
hati terbias luka itu membasuh perih
karena kekasih tak lagi mendekapi
dalam tidur indahnya
mimpi-mimpi lelakinya memadat jiwa
melekat erat, letih berkarat
(sunyi itu berbicara
nasihat sang nagarjuna :
-nikahilah kebenaran…)
hati terbias luka itu membasuh perih
sejadi-jadinya
Maret 2010
RAPUNZEL MENGGELUNG RAMBUTNYA
terlihat dari dalam menara
jantung hati berebutan melesat
menuju lelangit bercahaya
setangkai bunga pudar warnanya
terkejut oleh letupan gembira tiba-tiba
pesta semarak musim telah dimulai
mengirim sepi ke sudut jauh
tersembunyi
sudut jauh tersembunyi?
oho..,lihatlah!
ia terpelanting ke sebuah sudut
dalam menaramu sendiri
lekaslah berhias
karena seribu kumbang tuntas menanti
dan turunlah dengan sayap cakrawala
mengembang penuh tarikan pesona
jentikkan jari,
seketika kau tahu
menara itu menjelma hujan
dengan ribuan garis gerimis
mengurung pangeran pujaan hati
setiap saat bisa kau temui
Maret 2010
terlihat dari dalam menara
jantung hati berebutan melesat
menuju lelangit bercahaya
setangkai bunga pudar warnanya
terkejut oleh letupan gembira tiba-tiba
pesta semarak musim telah dimulai
mengirim sepi ke sudut jauh
tersembunyi
sudut jauh tersembunyi?
oho..,lihatlah!
ia terpelanting ke sebuah sudut
dalam menaramu sendiri
lekaslah berhias
karena seribu kumbang tuntas menanti
dan turunlah dengan sayap cakrawala
mengembang penuh tarikan pesona
jentikkan jari,
seketika kau tahu
menara itu menjelma hujan
dengan ribuan garis gerimis
mengurung pangeran pujaan hati
setiap saat bisa kau temui
Maret 2010
MEMORI SANG PENGANTIN
Memandang engkau dalam hujan
dari kebeningan hati terdalam
keriuhan hari ingin menyapa
memberikan kepadamu ingatan
akan keindahan hari ketika pengantin
bertabur bunga menuju pelaminan
Saat itu engkau membisikiku
jika suatu hari masih mungkin mengulangi
aku ingin upacara ini ribuan kali lagi
ehm.., alangkah indah kemanisan yang
kita cecap dalam semalam
dan aku pun tak ragu bertasbih rindu
sepanjang sungai nafasku
sedalam laut gelombang hasratku
hingga engkau tergulung karena
pusaran energi cintaku tak kenal waktu
Kekasih, tengoklah perawan kalbumu
kini bersembunyi karena tahu diri
tak ada tempat bagi cinta yang asing
di duniamu yang berpagar daun dan bunga
etika ilmu madzab cintamu
Bagiku, cinta
mengundurkan diri adalah wisuda
aku lulus dengan penilaian teramat dalam
dan sang mahabintang akan bertahta
karena aku telah mengenalnya
(ijinkan aku, memulai upacara
sunyi ini, sesaat lagi.
pengantinku telah demikian lama
menanti...)
Memandang engkau dalam hujan
dari kebeningan hati terdalam
keriuhan hari ingin menyapa
memberikan kepadamu ingatan
akan keindahan hari ketika pengantin
bertabur bunga menuju pelaminan
Saat itu engkau membisikiku
jika suatu hari masih mungkin mengulangi
aku ingin upacara ini ribuan kali lagi
ehm.., alangkah indah kemanisan yang
kita cecap dalam semalam
dan aku pun tak ragu bertasbih rindu
sepanjang sungai nafasku
sedalam laut gelombang hasratku
hingga engkau tergulung karena
pusaran energi cintaku tak kenal waktu
Kekasih, tengoklah perawan kalbumu
kini bersembunyi karena tahu diri
tak ada tempat bagi cinta yang asing
di duniamu yang berpagar daun dan bunga
etika ilmu madzab cintamu
Bagiku, cinta
mengundurkan diri adalah wisuda
aku lulus dengan penilaian teramat dalam
dan sang mahabintang akan bertahta
karena aku telah mengenalnya
(ijinkan aku, memulai upacara
sunyi ini, sesaat lagi.
pengantinku telah demikian lama
menanti...)
MASTURBASI LIRIH MUSIM SEMI
Seorang perempuan menyusuri labirin
lengang musim semi
pengap hujan tertimpa seberkas sinar mentari
senja menggelayut manja bagai sesosok siluet
sang gadis merajuk pangerannya.
bunga- bunga merendah hati
menguak pintu pertama musim dengan sopan
merak ati
serumpun daun demikian anggun, memohon
ijin merenda hijau dalam desir lembut
belaian angin
(“eksotisme musim kering telah berlalu
kini ijinkan kami membuai hari dengan senyum
paling indah bidadari musim semi)”.
Seorang perempuan tersenyum lirih
karena lirih memanja batinnya
yang masih menyisakan perih
tetapi sekian lama duka,
tidak lagi menjadi berhala
karena dengan menghirup nafas saja, dengan
menjentik daun saja, dengan melangkah anggun
di bawah matahari senja, ia melakonkan cinta
ia menasbihkan kesetiaan, menghirup harum nafas
lelakinya
setiap detik ia bercinta, dan sampai ke puncaknya
Maret 2010
Seorang perempuan menyusuri labirin
lengang musim semi
pengap hujan tertimpa seberkas sinar mentari
senja menggelayut manja bagai sesosok siluet
sang gadis merajuk pangerannya.
bunga- bunga merendah hati
menguak pintu pertama musim dengan sopan
merak ati
serumpun daun demikian anggun, memohon
ijin merenda hijau dalam desir lembut
belaian angin
(“eksotisme musim kering telah berlalu
kini ijinkan kami membuai hari dengan senyum
paling indah bidadari musim semi)”.
Seorang perempuan tersenyum lirih
karena lirih memanja batinnya
yang masih menyisakan perih
tetapi sekian lama duka,
tidak lagi menjadi berhala
karena dengan menghirup nafas saja, dengan
menjentik daun saja, dengan melangkah anggun
di bawah matahari senja, ia melakonkan cinta
ia menasbihkan kesetiaan, menghirup harum nafas
lelakinya
setiap detik ia bercinta, dan sampai ke puncaknya
Maret 2010
DAN MIMPI CINDERELLA
pesta semarak bunga telah usai
setumpuk lelah menjadi kembang cerita
sambil menunggu kereta kencana terakhir tiba
seorang putri membenahi gaun putihnya
yang tersangkut duri-duri nakal mawar liar
dengan langkah anggun menjuntaikan pesona
ia memilih sudut gelap ruang pesta, sambil
tak henti menggeriapkan hati :
“aku menunggu siapa?”
kepedihan menghimpit seluruh rasa
sepi dan terasing mengalirkan airmata
alangkah pengap hipokrisi
jika diperankan setengah hati
tiba-tiba seorang pangeran, datang dari
negeri awan
mengulurkan tangan tanda setia
seketika semua berubah warna :
jenjang kaki putri tanpa sepatu kaca
gaun cantik luruh, berganti tambal
sulam sekedarnya
sang pangeran mendesakkan seuntai kata
seketika melesat kereta kencana membawa
setumpuk kembang aneka warna
bersama kuda putih menuju pusat cahaya
(hari hampir senja, ketika
kusadari terduduk pilu
sajadah separuh terbuka, terhampar di muka
dan putri kecilku tiba-tiba bertanya : “Bunda,
bisakah kelak aku menjadi Cinderella di surga?”)
Duh, cinta
barangkali ia tak ada lagi di sana
karena Bunda sudah ambil sepatu kacanya
tersimpan rapi di museum negeri mimpi
yang akan susah sekali kau temukan jalan
menujunya
sekarang dengarkanlah angin menderu
dan bacalah haluan hujan yang sesekali membadai
di hatimu.ciumlah jarum-jarum gerimis dan
mata rantai sejuta bintang yang berdentangan
membisikkan sebuah bahasa asing jika hanya
sejenak kau kira
kian hari engkau akan tahu, menjadi putri
adalah melabuhkan rindu di negeri asing
melayarkan perahumu dalam satu pelayaran
bersama tingkah polah musim sepanjang tahun
debur ombak dan pelukan halilintar
mengalir dalam darah, nafasmu cinta mendarah
mendaging...
dan hai...
sebentar lagi engkau sampai
istana seribu keajaiban : sang pangeran
menunggu putri pujaan
Maret 2010
.
pesta semarak bunga telah usai
setumpuk lelah menjadi kembang cerita
sambil menunggu kereta kencana terakhir tiba
seorang putri membenahi gaun putihnya
yang tersangkut duri-duri nakal mawar liar
dengan langkah anggun menjuntaikan pesona
ia memilih sudut gelap ruang pesta, sambil
tak henti menggeriapkan hati :
“aku menunggu siapa?”
kepedihan menghimpit seluruh rasa
sepi dan terasing mengalirkan airmata
alangkah pengap hipokrisi
jika diperankan setengah hati
tiba-tiba seorang pangeran, datang dari
negeri awan
mengulurkan tangan tanda setia
seketika semua berubah warna :
jenjang kaki putri tanpa sepatu kaca
gaun cantik luruh, berganti tambal
sulam sekedarnya
sang pangeran mendesakkan seuntai kata
seketika melesat kereta kencana membawa
setumpuk kembang aneka warna
bersama kuda putih menuju pusat cahaya
(hari hampir senja, ketika
kusadari terduduk pilu
sajadah separuh terbuka, terhampar di muka
dan putri kecilku tiba-tiba bertanya : “Bunda,
bisakah kelak aku menjadi Cinderella di surga?”)
Duh, cinta
barangkali ia tak ada lagi di sana
karena Bunda sudah ambil sepatu kacanya
tersimpan rapi di museum negeri mimpi
yang akan susah sekali kau temukan jalan
menujunya
sekarang dengarkanlah angin menderu
dan bacalah haluan hujan yang sesekali membadai
di hatimu.ciumlah jarum-jarum gerimis dan
mata rantai sejuta bintang yang berdentangan
membisikkan sebuah bahasa asing jika hanya
sejenak kau kira
kian hari engkau akan tahu, menjadi putri
adalah melabuhkan rindu di negeri asing
melayarkan perahumu dalam satu pelayaran
bersama tingkah polah musim sepanjang tahun
debur ombak dan pelukan halilintar
mengalir dalam darah, nafasmu cinta mendarah
mendaging...
dan hai...
sebentar lagi engkau sampai
istana seribu keajaiban : sang pangeran
menunggu putri pujaan
Maret 2010
.
EKOLOGI YANG TERGADAI
tribute to : hendro sangkoyo
“Papi, aku ingin bicara dengan musim
dan berbagi rahasia hari ketika
beku bersalju ketika ceria bermandi cahaya”.
musim dingin belum berlalu,baby
dalam elegi hujan seorang ilmuwan
ruang penuh dengan sketsa matahari,
pelangi menarikan selendang senja hari
mikroskop membaca cermat sepotong mendung
yang kau comot pagi hari
dan setangkai panas yang tercecer
dari saku tua sang mentari,
lalu aroma cemara di musim hujan,
senyum cendawan amat menawan,
serpihan terik yang meringis, menahan pedih
tusukan gerimis
dari balik tirai seorang gadis
manis dengan kepang dua rambut jagungnya
mendesiskan kegirangan kecil
sekali sibak, ia terbeliak
rahasia lengkap, telah demikian cepat
tersingkap
“papi, diam-diamlah kini
dengar roda menderu
dari jalanan di pinggir pondok mendebu
sebentar lagi,rahasia ini bukan rahasia lagi
rentak musimku akan terbeli
duh, aku tidak bisa bicara lagi”.
Februari 2010
tribute to : hendro sangkoyo
“Papi, aku ingin bicara dengan musim
dan berbagi rahasia hari ketika
beku bersalju ketika ceria bermandi cahaya”.
musim dingin belum berlalu,baby
dalam elegi hujan seorang ilmuwan
ruang penuh dengan sketsa matahari,
pelangi menarikan selendang senja hari
mikroskop membaca cermat sepotong mendung
yang kau comot pagi hari
dan setangkai panas yang tercecer
dari saku tua sang mentari,
lalu aroma cemara di musim hujan,
senyum cendawan amat menawan,
serpihan terik yang meringis, menahan pedih
tusukan gerimis
dari balik tirai seorang gadis
manis dengan kepang dua rambut jagungnya
mendesiskan kegirangan kecil
sekali sibak, ia terbeliak
rahasia lengkap, telah demikian cepat
tersingkap
“papi, diam-diamlah kini
dengar roda menderu
dari jalanan di pinggir pondok mendebu
sebentar lagi,rahasia ini bukan rahasia lagi
rentak musimku akan terbeli
duh, aku tidak bisa bicara lagi”.
Februari 2010
MUNAJAT MUSIM KERING
Jika hari ini tidak ada bunga yang mati
akan kucecap lagi doa hari kemarin
agar engkau mengalir dalam nafasku
lalu kusiram musim yang kepanasan
berkepanjangan mendamba hujan
rabbi,
aku ini petani abadi
yang terpikat oleh sejuta warna
karenanya kutanam bunga dalam kebun
kebun terindah dunia
jika hari ini engkau sedekahi
kebunku dengan tiupan lembut ruhmu
lihatlah keindahan tak terduga
akan sentakkan muram dengan
lecutan jelita
lalu semarak musim berpesta pora
membagi hujan dan matahari
bungaku lantunkan warna menyihir hari
dengan senyum dan kerlingan matamu
dan menutupkan kelopak dengan
kesantunan yang mempesona,
bagai seorang dewi menyudahi
perjumbuhan anggunnya
Februasi 2010
Jika hari ini tidak ada bunga yang mati
akan kucecap lagi doa hari kemarin
agar engkau mengalir dalam nafasku
lalu kusiram musim yang kepanasan
berkepanjangan mendamba hujan
rabbi,
aku ini petani abadi
yang terpikat oleh sejuta warna
karenanya kutanam bunga dalam kebun
kebun terindah dunia
jika hari ini engkau sedekahi
kebunku dengan tiupan lembut ruhmu
lihatlah keindahan tak terduga
akan sentakkan muram dengan
lecutan jelita
lalu semarak musim berpesta pora
membagi hujan dan matahari
bungaku lantunkan warna menyihir hari
dengan senyum dan kerlingan matamu
dan menutupkan kelopak dengan
kesantunan yang mempesona,
bagai seorang dewi menyudahi
perjumbuhan anggunnya
Februasi 2010
INKARNASI AMBA
Tubuh tak jua mengucap nyanyian jiwa
terpelanting sumpah selibat bhisma
dan harga diri salwa yang terluka
inkarnasi masih teramat jauh dan lama
lantas engkau ceburkan dendam ke dalam api
menjelma perempuan berkelamin lelaki
ketika bhisma terpanah, sejatinya
bukan engkau, wahai woro, pelakunya
kubisiki engkau sebuah rahasia
yang tertitiskan dalam tubuhku :
sst, kecurangan para dewa
kubunuh bhisma dengan kedipan mata
tepat di jantung hatinya
Februari 2010
Tubuh tak jua mengucap nyanyian jiwa
terpelanting sumpah selibat bhisma
dan harga diri salwa yang terluka
inkarnasi masih teramat jauh dan lama
lantas engkau ceburkan dendam ke dalam api
menjelma perempuan berkelamin lelaki
ketika bhisma terpanah, sejatinya
bukan engkau, wahai woro, pelakunya
kubisiki engkau sebuah rahasia
yang tertitiskan dalam tubuhku :
sst, kecurangan para dewa
kubunuh bhisma dengan kedipan mata
tepat di jantung hatinya
Februari 2010
KONSER HUJAN DALAM
BINGKAI JENDELA SEBUAH RUANG
Gerimis menderaskan hujan
meliuk-liuk dalam pusaran beliung angin
dedaunan di sekujur dahan terpelanting
badai bagai konser suka ria menyendawakan
mimpi-mimpi malam buta
dalam kilatan kilat dan eksotisme petir sekejap
tubuh menggigil menahan hembusan angin
menjelmakan badai yang tiba-tiba terjun menyekap
kesendirian mengaliri kebungkaman
bagai penari tanjidor mengagetkan
mengisi ruang kekosongan benak kita
menyeret dalam putaran ritual angin
memabukkan
o, bagai darwis kita selesaikan putaran terakhir
sebuah tarian
lantas gerimis menurunkan tirai, usai
aku yang lunglai ingin mengabadikan
tarian kuyup
dalam bingkai jendela sebuah ruang
tiba-tiba saja konser itu telah menjelma
tanpa satu pun jendela membingkainya
dan aku, tak ada di dalamnya
Februari 2010
BINGKAI JENDELA SEBUAH RUANG
Gerimis menderaskan hujan
meliuk-liuk dalam pusaran beliung angin
dedaunan di sekujur dahan terpelanting
badai bagai konser suka ria menyendawakan
mimpi-mimpi malam buta
dalam kilatan kilat dan eksotisme petir sekejap
tubuh menggigil menahan hembusan angin
menjelmakan badai yang tiba-tiba terjun menyekap
kesendirian mengaliri kebungkaman
bagai penari tanjidor mengagetkan
mengisi ruang kekosongan benak kita
menyeret dalam putaran ritual angin
memabukkan
o, bagai darwis kita selesaikan putaran terakhir
sebuah tarian
lantas gerimis menurunkan tirai, usai
aku yang lunglai ingin mengabadikan
tarian kuyup
dalam bingkai jendela sebuah ruang
tiba-tiba saja konser itu telah menjelma
tanpa satu pun jendela membingkainya
dan aku, tak ada di dalamnya
Februari 2010
THE NAME OF ALIENATION
tribute to : hendro sangkoyo
Kuketahui namamu adalah kesetiaan
yang akan menjeritkan badai
sehabis ribuan hujan
yang melenakan
bagai pejalan kaki sunyi engkau
menapaki hari-hari yang diam dan termangu
menunggu waktu ketika jejak-jejak kakimu
menyanyikan elegi danau dan sungai
yang terlupakan, mementaskan
orkestrasi badai yang sekian lama
tersekap ruang pengap ribuan lanskap
yang tertandakan
lalu biarkan jam berdentang akan sejenak diam
menyesali detik dan menit terlewati
tanpa bahasa angin yang memberitahu
kapan hujan terakhir tiba
tanpa bahasa laut yang membisikkan
kapan mesti menebar jala
kuketahui namamu adalah kesetiaan
mendengarkan dan mengajari
petuah purba gunung berapi
menekuri dalam diam, ketika
sambil menangis bumi meragakan sebuah tarian
sebelum hari-hari menua dalam
petikan harpa bidadari terlena
sebelum terlambat bertanya
untuk apa sesungguhnya airmata
Februari 2010
tribute to : hendro sangkoyo
Kuketahui namamu adalah kesetiaan
yang akan menjeritkan badai
sehabis ribuan hujan
yang melenakan
bagai pejalan kaki sunyi engkau
menapaki hari-hari yang diam dan termangu
menunggu waktu ketika jejak-jejak kakimu
menyanyikan elegi danau dan sungai
yang terlupakan, mementaskan
orkestrasi badai yang sekian lama
tersekap ruang pengap ribuan lanskap
yang tertandakan
lalu biarkan jam berdentang akan sejenak diam
menyesali detik dan menit terlewati
tanpa bahasa angin yang memberitahu
kapan hujan terakhir tiba
tanpa bahasa laut yang membisikkan
kapan mesti menebar jala
kuketahui namamu adalah kesetiaan
mendengarkan dan mengajari
petuah purba gunung berapi
menekuri dalam diam, ketika
sambil menangis bumi meragakan sebuah tarian
sebelum hari-hari menua dalam
petikan harpa bidadari terlena
sebelum terlambat bertanya
untuk apa sesungguhnya airmata
Februari 2010
HOME OF MASOCHIST
dan engkau menggandeng tanganku
memasuki rumahmu
mengenali ruang demi ruang
yang akan menjadi milikku
setelah engkau pengantinku
dengan cinta aku mengelap kakimu yang manja
pagi setelah malam pengantin pertama
dan pagi berikutnya aku mencecap lukamu sepenuh jiwa
karena darah kita mesti mengalir di nadi yang sama
dengan teliti aku menjahit baju sendiri
meskipun seringkali engkau tak suka tubuhku kututupi
aku telanjang, dan mengarang cerita pada tetangga
tentang musim panas yang tak ada habisnya
karena ku khawatir mereka tak mengerti
pada kesabaran seorang istri
menjelmakan keperawanan, hampir setiap hari
ketika malam memberiku sedikit ruang
aku masih saja bertanya
sudah pastikah ini rumah kita?
ku ingin dengar malaikat itu menyapa
sebuah serenada sepenuh jiwa
-“salaamun alaykum bimaa sabartum..
Februari 2010
dan engkau menggandeng tanganku
memasuki rumahmu
mengenali ruang demi ruang
yang akan menjadi milikku
setelah engkau pengantinku
dengan cinta aku mengelap kakimu yang manja
pagi setelah malam pengantin pertama
dan pagi berikutnya aku mencecap lukamu sepenuh jiwa
karena darah kita mesti mengalir di nadi yang sama
dengan teliti aku menjahit baju sendiri
meskipun seringkali engkau tak suka tubuhku kututupi
aku telanjang, dan mengarang cerita pada tetangga
tentang musim panas yang tak ada habisnya
karena ku khawatir mereka tak mengerti
pada kesabaran seorang istri
menjelmakan keperawanan, hampir setiap hari
ketika malam memberiku sedikit ruang
aku masih saja bertanya
sudah pastikah ini rumah kita?
ku ingin dengar malaikat itu menyapa
sebuah serenada sepenuh jiwa
-“salaamun alaykum bimaa sabartum..
Februari 2010
IDENTITAS AMARAH
Sesi meditasi yang terhenti,
ijinkan daku memberi ruang
bagi sejumlah kata yang tiba tiba
ingin meletupkan fatwa
adakah ia keturunan iblis
yang bernama pembangkangan
ketika sujud kepada adam diperintahkan
ataukah ia cipratan tersembunyi ruhmu
ketika engkau celupkan daku ke dalam
tubuh ragawi
duh, engkau sembunyi
dalam senyummu engkau nyalakan api
diam diam mencatatkan gugur selembar daun untuk
sebuah arti
dalam diriku kemudian ia menjelma hamba
bertanya kan nama, alamat, dan jabatannya
ketika menggugatku untuk menjawab
kerongkonganku tiba-tiba tercekat :
- kereta kudeta, barangkali sebentar lagi tiba
Januari, 2010
Sesi meditasi yang terhenti,
ijinkan daku memberi ruang
bagi sejumlah kata yang tiba tiba
ingin meletupkan fatwa
adakah ia keturunan iblis
yang bernama pembangkangan
ketika sujud kepada adam diperintahkan
ataukah ia cipratan tersembunyi ruhmu
ketika engkau celupkan daku ke dalam
tubuh ragawi
duh, engkau sembunyi
dalam senyummu engkau nyalakan api
diam diam mencatatkan gugur selembar daun untuk
sebuah arti
dalam diriku kemudian ia menjelma hamba
bertanya kan nama, alamat, dan jabatannya
ketika menggugatku untuk menjawab
kerongkonganku tiba-tiba tercekat :
- kereta kudeta, barangkali sebentar lagi tiba
Januari, 2010
DAN ANGIN PUN BERTANYA
Selagi masih ada waktu
angin malam menyandarkan letihnya
di dinding rumah kayu
di sini rehat sejenak dalam sepi
seharian meninabobokan hari
tanpa riak, tanpa gelombang
hanya elusan dan belaian
penuh kasih, menumpang dan menindih
diantara rasa perih
selagi masih ada waktu
angin malam pun bertanya kepadamu
bilakah hari terakhir itu tiba
ketika ia menyandang nama
badai atau prahara
demi mengingatkan pada sepi
ketika persaksian langit bumi bermula
ketika angin menyandarkan letihnya
jam berdetak di dinding kayu tercekat
tiba-tiba
Januari 2010
Selagi masih ada waktu
angin malam menyandarkan letihnya
di dinding rumah kayu
di sini rehat sejenak dalam sepi
seharian meninabobokan hari
tanpa riak, tanpa gelombang
hanya elusan dan belaian
penuh kasih, menumpang dan menindih
diantara rasa perih
selagi masih ada waktu
angin malam pun bertanya kepadamu
bilakah hari terakhir itu tiba
ketika ia menyandang nama
badai atau prahara
demi mengingatkan pada sepi
ketika persaksian langit bumi bermula
ketika angin menyandarkan letihnya
jam berdetak di dinding kayu tercekat
tiba-tiba
Januari 2010
CINTA SERPIHAN BUNGA
Setangkai mawar di tepian senja
luruh dari ranting kecilnya
meskipun keniscayaan hukum alam
memperlakukanmu demikian
duhai, mawar jiwa sejatinya
dengan perasaan terdalam menusukkan duri
ke dalam tubuhmu sendiri
karena kebinasaan adalah kecupan
maut menjadi api
yang melembut dalam cahaya
cinta seorang perupa
yang terserak dari serpihanmu
adalah pesona kelopak kering
menghanyutkan keterasingan pada kenangan
teramat jauh...
dalam satu kedipan
kerlingan cinta gadis manja
setangkai mawar luruh di tepian senja
mengabarkan pada euforia cinta
kesahajaan dan kesetiaannya
Januari 2010
Setangkai mawar di tepian senja
luruh dari ranting kecilnya
meskipun keniscayaan hukum alam
memperlakukanmu demikian
duhai, mawar jiwa sejatinya
dengan perasaan terdalam menusukkan duri
ke dalam tubuhmu sendiri
karena kebinasaan adalah kecupan
maut menjadi api
yang melembut dalam cahaya
cinta seorang perupa
yang terserak dari serpihanmu
adalah pesona kelopak kering
menghanyutkan keterasingan pada kenangan
teramat jauh...
dalam satu kedipan
kerlingan cinta gadis manja
setangkai mawar luruh di tepian senja
mengabarkan pada euforia cinta
kesahajaan dan kesetiaannya
Januari 2010
YANG DITINGGALKAN
senja hari yang basah
disergap bau seribu kantil
seorang pejalan sunyi menapaki
kebun kebun rahasia yang
ditinggalkan tanpa nama
seusai pejalan kaki terakhir
mengantar pengantin ke pelaminan surga
ia tinggalkan jejak jejak lirih
penuh rahasia pada sang kekasih
pada tanah basah, pada tanah merah
membisikkan tanda
sejauh mana pejalan sunyi
mesti melintasi sebanyak kata seribu hari
sebuah suara tiba tiba menerka
berapa jauh lagi tanda terakhir akan terbaca
duh, kematian
bukanlah sebuah teka-teki yang sia-sia
bagi pejalan sejati
menyingkap pusaran rahasia
yang ditinggalkan dari perjanjian purba
Januari 2010
senja hari yang basah
disergap bau seribu kantil
seorang pejalan sunyi menapaki
kebun kebun rahasia yang
ditinggalkan tanpa nama
seusai pejalan kaki terakhir
mengantar pengantin ke pelaminan surga
ia tinggalkan jejak jejak lirih
penuh rahasia pada sang kekasih
pada tanah basah, pada tanah merah
membisikkan tanda
sejauh mana pejalan sunyi
mesti melintasi sebanyak kata seribu hari
sebuah suara tiba tiba menerka
berapa jauh lagi tanda terakhir akan terbaca
duh, kematian
bukanlah sebuah teka-teki yang sia-sia
bagi pejalan sejati
menyingkap pusaran rahasia
yang ditinggalkan dari perjanjian purba
Januari 2010
MAKE LOVE
Detik ini aku berpusat
bersatu tubuh dan jiwa
dalam thawaf semesta
aku membiasimu perlahan
dengan cahaya dahagakan asmara
engkau membiasiku perlahan
dengan cahaya kesantunan yang
mempesona, memikat, mengendapkan
dahagaku menduduki singgasana hasratku
hingga aku cahaya
yang berjalan dengan takzim
tanpa selendang penutup badan
karena pakaian adalah perangkat dzalim
yang menyia-nyiakan cintaku
dan melemparkanku ke dalam
keranjang sampah :
perempuan tanpa orgasme
detik ini aku berpusat
karena telah kubenamkan rinduku
yang sarat
pada perjanjian purba
kutemukan sanggama indah sejiwa
Januari 2010
Detik ini aku berpusat
bersatu tubuh dan jiwa
dalam thawaf semesta
aku membiasimu perlahan
dengan cahaya dahagakan asmara
engkau membiasiku perlahan
dengan cahaya kesantunan yang
mempesona, memikat, mengendapkan
dahagaku menduduki singgasana hasratku
hingga aku cahaya
yang berjalan dengan takzim
tanpa selendang penutup badan
karena pakaian adalah perangkat dzalim
yang menyia-nyiakan cintaku
dan melemparkanku ke dalam
keranjang sampah :
perempuan tanpa orgasme
detik ini aku berpusat
karena telah kubenamkan rinduku
yang sarat
pada perjanjian purba
kutemukan sanggama indah sejiwa
Januari 2010
MY DEEP LONGING
Di kelam hari ini
di antara hari hari bermacam warna
kubuka pintu rahasia tahtaku
untuk engkau singgahi selama ribuan hari kau mau
karena aku menangisi kekosongan
dan meneriaki kebisuan yang
membingkai hari hari perjumbuhanku
barangkali engkau hadir dengan cumbuan kamajaya
membawa lentera yang kupastikan
tak berganti antara hidup mati, hidup mati
sebab cahayamu abadi
sebab cahayamu
cintaku abadi
setia mencari muara
bagi pertemuan lirih rindu kita
di kelam hari ini
yang berdebar debar menggeliatkan hasrat
beban rindu teramat sarat
menangis dekat muara itu :
aku, kamaratihmu
januari,2010
Di kelam hari ini
di antara hari hari bermacam warna
kubuka pintu rahasia tahtaku
untuk engkau singgahi selama ribuan hari kau mau
karena aku menangisi kekosongan
dan meneriaki kebisuan yang
membingkai hari hari perjumbuhanku
barangkali engkau hadir dengan cumbuan kamajaya
membawa lentera yang kupastikan
tak berganti antara hidup mati, hidup mati
sebab cahayamu abadi
sebab cahayamu
cintaku abadi
setia mencari muara
bagi pertemuan lirih rindu kita
di kelam hari ini
yang berdebar debar menggeliatkan hasrat
beban rindu teramat sarat
menangis dekat muara itu :
aku, kamaratihmu
januari,2010
MY LOVE
Jika cinta itu sepasti merah mawar
dan setulus putih melati
akulah air terjun dini hari yang menjuntaikan
keanggunan menderaskan kebahagiaan
mendinginkan keceriaan flamboyan hingga
gugurkan bunga bunganya mengucapkan
kesenduan yang indah
Jika cinta seabadi sesetia pohon
trembesi di muka rumah kita
di puncak hari gersang akulah kerimbunan
menaungi tubuh tubuh penat bertudung
kegamangan berangkat senja
meniupi mimpi mimpi getir menjadi
harapan sesegar bebungaan mekar musim semi
hingga rambut memutih tak ada lagi sepi
bagi gairah yang menyala dalam diam
hingga berangkat tua dalam
kenikmatan bercinta
Jadi ingatlah, jika
cintaku sepasti mawar setulus melati
sesetia trembesi....
akulah energi yang menyerapmu dalam pusaran
sanggama dua jiwa
menuju orbit mencari pusat tajalli
di mana pada awalnya kita bermula
januari 2010
Jika cinta itu sepasti merah mawar
dan setulus putih melati
akulah air terjun dini hari yang menjuntaikan
keanggunan menderaskan kebahagiaan
mendinginkan keceriaan flamboyan hingga
gugurkan bunga bunganya mengucapkan
kesenduan yang indah
Jika cinta seabadi sesetia pohon
trembesi di muka rumah kita
di puncak hari gersang akulah kerimbunan
menaungi tubuh tubuh penat bertudung
kegamangan berangkat senja
meniupi mimpi mimpi getir menjadi
harapan sesegar bebungaan mekar musim semi
hingga rambut memutih tak ada lagi sepi
bagi gairah yang menyala dalam diam
hingga berangkat tua dalam
kenikmatan bercinta
Jadi ingatlah, jika
cintaku sepasti mawar setulus melati
sesetia trembesi....
akulah energi yang menyerapmu dalam pusaran
sanggama dua jiwa
menuju orbit mencari pusat tajalli
di mana pada awalnya kita bermula
januari 2010
MY NAME
kurebut dari dentingan beku hari hari
sebuah nama terpahat tanpa makna
dalam saku bajuku kemudian
ia kusimpan dan membuat
hari hariku demikian sibuk
mengartikan simbol rumit
mencoba mencari tempat di antara ribuan
tanda yang demikian sesak memadati
ruang ruang pemaknaan
engkau kenapa sebuah suara bertanya
menyadarkan waktu yang diam dalam
hiruk pikuk ribuan syaraf dan sel sel membelah
dalam tubuhku
ya! jam terus berdetak sementara aku masih saja
mencari tanda untuk memaknai sebuah nama
yang beku. dalam diam waktuku, kueja
terbata-bata : namaku!
Januari 2010
kurebut dari dentingan beku hari hari
sebuah nama terpahat tanpa makna
dalam saku bajuku kemudian
ia kusimpan dan membuat
hari hariku demikian sibuk
mengartikan simbol rumit
mencoba mencari tempat di antara ribuan
tanda yang demikian sesak memadati
ruang ruang pemaknaan
engkau kenapa sebuah suara bertanya
menyadarkan waktu yang diam dalam
hiruk pikuk ribuan syaraf dan sel sel membelah
dalam tubuhku
ya! jam terus berdetak sementara aku masih saja
mencari tanda untuk memaknai sebuah nama
yang beku. dalam diam waktuku, kueja
terbata-bata : namaku!
Januari 2010
Langganan:
Postingan (Atom)